Tutup tahun dengan senyum

Senyum sumringah menghampiri setiap anggota  Kelompok Tani Karingau Baru, Balikpapan. Betul, betul, betul…..karena pada hari Sabtu tanggal 25 Desember 2010, 2 minggu yang lalu sapi milik kelompok beranak. Jenis kelamin betina. Sapi bali yang beranak tersebut adalah satu diantara 10 sapi Bali bantuan CSR PT. Dermaga Pratama Prakasa

Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal

Prinsip Budidaya Air (Aqua Culture)

Dengan memperhatikan ekosistem maka Yang kita pelihara adalah Air, bukan ikan. Dengan memelihara Air maka semua mahluk hidup yang ada di dalamnya secara otomatis ikut terpelihara.

Dalam air ada kehidupan =

1. Ikan
2. Plankton
3. Tumbuhan air
4. Mahluk hidup lainnya

Mahluk hidup dalam air mengadakan kegiatan :

1. Metabolisme
2. Respirasi
3. Regenerasi
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menurunkan kualitas air.

PARAMETER KUALITAS AIR

Yang terpenting adalah :

1. Derajad keasaman air (pH) ; 6,5 – 8,5
2. Suhu air 25 – 30°C
3. Kecerahan ± 40 cm
4. Oksigen terlarut (DO) > 3 ppm
5. Kadar Amoniak air ≤ 0,02 m/L
6. CO2 15 ppm

TEKNIS MENYEDIAKAN AIR BERKUALITAS ;

A. MEMBUAT FILTER SARINGAN AIR TERDIRI DARI ;
1. Batu kerikil
2. Batu bata
3. Kapur pertanian/dolomit
4. Arang kayu
5. Ijuk

Gambar Filter Saringan Air Gambar Pengisian Air Kolam Terpal

B. MENGGANTI AIR SECARA BERKALA

Mengganti air kolam dilakukan apabila kualitas air sudah sangat jelek dan tidak sesuai dengan persyaratan budidaya ikan.

A. PEMBERIAN PROBIOTIK

Probiotik adalah bakteri pengurai yang bekerja memperbaiki kualitas air. Pemberian probiotik dimaksudkan untuk menjaga kualitas air kolam.

KELEBIHAN IKAN LELE DUMBO ;

1. Pertumbuhan cepat hanya 2 – 2½ bulan
2. Kemampuan beradaptasi tinggi
3. Makanan/ransum tidak cerewet
4. Rasa dagingnya lezat
5. Kandungan Gizinya tinggi

JENIS KOLAM :

1. Non permanen ; terpal, diatas tanah
2. Semi permanen ; kolam tanah dilapisi terpal
3. Permanen ; beton/semen

MENGAPA KOLAM TERPAL ? Karena ;

1. Bisa untuk lahan sempit
2. Bisa untuk lahan keritis, sulit air
3. Bisa untuk lahan pinjaman, sewa
4. Bisa untuk semua tahapan budidaya
5. Biaya lebih murah
6. Rasa ikan lebih disuka karena tidak berbau lumpur

TAHAPAN DALAM MEMBUAT KOLAM TERPAL

1. Tentukan dan persiapkan lahan yang akan digunakan
2. Bersihkan lahan yang sudah ditentukan tadi dari pepohonan atau benda-benda lainnya
3. Siapkan tonggak atau tiang utama disetiap sudut kolam yang dipilih dari bahan yang ada setempat
4. Potong bahan sesuai dengan ukuran yang diinginkan
5. Buat kerangka kolam dengan ukuran p x l x t = 5½ x 3½ x 0,75 m
6. Buat petak cekung disalah satu sudut kolam agak rendah berukuran
60 x 60 cm, sebagai bagian terdalam di kolam untuk tempat mengumpulkan ikan saat panen dan untuk pembuangan air.
7. Pasang paralon ukuran 2,5 inci dibagian petak cekung yang dibuat tadi sebagai saluran pengatur dan pembuangan air.
8. Pasang, bentangkan terpal ukuran 5 x 7 m kedalam kerangka yang sudah dibuat., ikat atau paku bagian atas agar tidak jatuh.
9. Lubangi terpal pas dibagian tempat paralon dipasang, berikut di lem dan diikat karet ban.
10. Kolam siap diisi air

TAHAPAN SEGMENTASI USAHA BUDIDAYA IKAN LELE ;

1. PEMBENIHAN ; Pemeliharaan Larva umur satu hari ukuran antara 1 – 3 cm
2. PENDEDERAN I dan II ; Pemeliharaan yang berukuran 1-3 cm sampai dengan ukuran 5 – 8 cm (I) dan pemeliharaan sampai dengan ukuran 8 – 12 cm (II)
3. PEMBESARAN ; Pemeliharaandari hasil pendederan II sampai siap dikonsumsi.

A. PENGISIAN KOLAM DENGAN AIR

Isi kolam dengan air setinggi 40 cm. Periksa pH air, suhu air, kecerahan air, DO air. Berikan pupuk sesuai anjuran.

B. PENEBARAN BENIH

Hati-hati !!! Benih yang akan ditebar jangan langsung dimasukkan ke dalam kolam, karena bisa mengakibatkan benih stress bahkan mati. Benih yang berada dalam kantong plastik dibiarkan dulu di permukaan kolam hingga 30 menit.Kemudian kantong plastik diisi dengan air kolam sedikit demi sedikit. Setelah 30 menit baru ikan dalam kantong plastik ditumpahkan ke kolam. Kepadatan tebar ; 80 – 100 ekor/m².

C. PAKAN IKAN LELE

Pakan bagi ikan pada umumnya antara lain berfungi sebagai Pengobatan, pembentukan warna tubuh, peningkatan cita rasa, reproduksi dan perbaikan metabolisme lemak. Untuk fungsi itulah maka pakan dibuat dengan memperhatikan kandungan protein, lemak dan karbihidrat sehingga dapat menghasil energi yangdipergunakan untuk pertumbuhan

Pemberian Pakan ;

1. Interval pemberian pakan ; 1 – 2 kali sehari.
2. Jenis pakan ; pabrik/pelet dan pakan alternatif;
Pakan pelet dibuat oleh pabrik dan banyak dijual di kios-kios pertanian sedang pakan alternatif berupa sisa industri Peternakan, limbah pasar ikan atau limbah, indutri pengolahan ikan, ikan rucah, keong mas dll.
3. Kandungan Gizi pakan; kandungan protein 30%
4. Bentuk pakan pellet ukuran disesuaikan dengan umur ikan.

D. PENYIMPHONAN dan PENGGANTIAN AIR

Penyimphonan adalah membuang kotoran-kotoran halus yang ada dalam kolam biasa berupa tinja ikan dan sisa-sisa pakan. Penyimphonan dilakukan 2 minggu sekali, tetapi kalau kualitas air sudah sangat jelek perlu dilakukan penggatian. Penggantian air jangan seratus persen, sisakan air 20% – 30% untuk adaptasi.

E. PENYORTIRAN/SAMPLING

Selama masa pembesaran ukuran pertumbuhan lele tidak seragam, karena lele bersifat kanibal dan lele termasuk hewan omnivora, maka perlu dilakuan penyortiran. Kelompok lele yang kecil karena lambat pertumbuhannya dipisah dengan kelompok lele yang tumbuh cepat dengan ukuran yang lebih besar.
4
F. PEMANENAN

1. Umur dan besar ukuran panen disesuaikan dengan permintaan pasar
2. Biasanya ukuran yang digunakan adalah jumlah ekor dalam 1 kilogram, misalnya 1 kg 8 ekor atau 1 kg 6 ekor.
3. Apabila untuk industri pengolahan biasanya meminta ukuran yang lebih besar misalnya 1 kg 2 ekor atau 1 kg 1 ekor.
4. Urutan kegiatan pemanenan ; menyurutkan kolam, menangkap ikan, mensortir ikan, memindahkan/menjual.

TAMBAHAN MATERI ;

• Kelembagaan petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk pelaku utama.

• Nelayan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang mata pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penagkapan ikan.

• Pembudi daya ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha pembudidayaan ikan.

• Pengolah ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha pengolahan ikan.

(UU RI NO 16 TAHUN 2006)

*). Oleh Elham Sidik, S.PKP, Penyuluh Pertanian dan Satgas Perikanan Kota Balikpapan, tulisan disajikan pada Pelatihan Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal di Kelompok Tani Kariangau Baru Kelurahan Kariangau Balikpapan Barat, Tgl 16 – 19 Juli 2011.
*)) Pelatihan ini terselenggara atas kerjasama dengan CSR PT Petrosea, Balikpapan.

Posted in Uncategorized. Leave a Comment »

TALOMPOT (Tanaman Lombok dalam Pot)

Dulu sangat terkenal istilah Tabulapot (Tanaman Buah dalam Pot), Tabulakar (Tanaman Buah di Pekarangan), kini saya mencoba untuk menggugah hati para blogger untuk ikut memasyarakatkan Tanaman Lombok dalam Pot atau TALOMPOT, sudah lama saya ingin menulis tentang tanaman Cabai atau Lombok dalam pot ini karena di rumah saya di lantai 2 yang diperuntukkan untuk  menjemur pakaian saya tempatkan beberapa pot yang ditanami Cabai, terong, tomat, bunga dan keladi hias serta beberapa tanaman lainnya. Talompot di rumah saya ada yang sudah berumur 3 tahun dan masih berbuah. Tapi dengan meroketnya harga cabai yang sampai dengan hari Jum’at tanggal 7 Desember 2011 kemarin harga cabai di Balikpapan mencapai Rp. 120.000,- per kilo gram.membuat saya menyegerakan tulisan ini dengan harapan dapat memberi informasi lebih cepat kepada masyarakat terutama para bloogger yang berminat untuk ikut mencoba menanam simerah pedas ini. Harga normal cabai di Balikpapan antara Rp.25.000,- s/d Rp.40.000,-. Dengan mahalnya  harga cabai ini membuat para menikmat pedas-pedas menjadi kelabakan apalagi pemilik usaha yang berhubungan dengan pedas-pedas ini seperti penjual bakso, penjual mie ayam, penjual gorengan (sanggar=Kaltim), rumah makan dan laian-lain.. Nah dengan TALOMPOT ini minimal dapat  mengurangi permintaan cabai dari kalangan rumah tangga.

TEKNIK BUDIDAYA TALOMPOT

Persiapan Bahan : – Tanah gembur, puk kandang, pot berdiameter 20 cm, bibit cabai yang siap tanam.

CARA MENANAM : – CAMPUR tanah gembur dengan pupuk pupuk kandang, kemudian MASUKKAN tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang ke dalam pot sampai ukuran setengah pot. lalu LETAKKAN bibit cabai di atas tanah persis ditengah pot. TERUS Tambahkan tanah tadi hingga tigaperempat pot. HENTAK-HENTAKKAN  pot hingga beberapa kali, tambahkan lagi tanah hingga ukuran tigaperempat kembali. Lalu LETAKKAN pot ke tempat yang disediakan. Usahakan penempatan pot tanaman terhindar dari ternak unggas terutama ayam.. Dan Terakhir  SIRAM dengan air secukupnya. TUNGGU LEBIH KURANG 100 hari.

PERAWATAN : Apabila ada rumput atau tanaman yang tumbuh dalam pot segera dicabut lalu dijemur setelah kering masukkan dalam pot. Ranting cabai yang tumbuh jauh dari pot segera di potong agar pohon cabai seimbang tumbuhnya. daun dan ranting sebaiknya tumbuh bundar seperti bentuk potnya.

PEMUPUKAN : Pemupukan dianjurkan hanya dengan puk kandang, hindari pupuk kimia. Pemupukan dengan kotoran sapi atau dengan kotoran kambing dilakukan 2 bulan sekali atau saat tanaman terlihat mulai kurang produktif.

PRODUKSI : di rumah saya satu pot bekas baskom cuci pakaian yang rusak berdiameter 50 cm. ditanami Cabai sejak Desember 2008 bibit dari Margahayu Bandung,  kini masih berbuah dan penen cabai yang merah dan yang tua saja berjumlah 55 biji. Foto tanaman menyusul.   “SELAMAT MENCOBA “

 

 

 

Posted in Uncategorized. Leave a Comment »

K Tani Kariangau Baru dan senyuman akhir tahun

Senyum sumringahmenghampiri setiap anggota kelompok tani Karingau Baru, Balikpapan. Betul, betul, betul…! Pasalnya pada hari Sabtu tanggal 25 Desember 2010 2 min. Masih ada 3 ekor lagi sapi bantuan CSR PT.Dermaga yang diperkirakan bunting, akankah senyum itu datang di tahun 2011 ? Semoga aja. Yang pasti Ketua Kelompok M Noor dan Skretaris kelompok Jumirin telah melakukan upaya optmal terhadap usahatani ternak sapi yang kini sedang bangun. Mulai dari Penanaman HMT sebagai upaya penyediaan pakan yang cukup dan berkualitan. Lalu adanya usaha pemberantasan ektoparasit berupa CAPLAK  atau kutu bab i (Hematobia) yang menyerang secara membabibuta, sehingga sapai-sapi yang ada kelihatan tulang tulang rusuknya. Upaya pemberantasan caplak ini terlaksana atas kerjasama Kelompok Tani Kariangau Bari, CSR PT Dermaga Pratama Prakasa dan Penyuluh Peternakan (PPL Peternakan) setempat. Adapun obat parasit yang dipergunakan ” Choper Killer ” buatan Korea. Hasilnya sangat ampuh, setelah diperiksa hari ketiga Sabtu tanggal 25 Desember 2010 semua Caplak/kutu babi tersebut mati dan sebagian besar sudah rontok. Alhamdulillah pada hari ini juga sang biang senyum itu hadir berupa seekor anak sapi betina yang lucu dan lincah dan terus mengikuti induknya. Upaya yang ketiga adalah PEMAGARAN PADANG  GEMBALA, , dengan kawat berduri seluas  lebih kurang 28 ha. Sehingga ternak sapi dapat dilepas dalam ranch tanpa khawatir mengganggu tanaman tetangga. Upaya keempat adalah pembuatan bendung atau check dam air permukaan.  Kegiatan ini sebagai upaya untuk menyediakan air bagi keperluan usaha tani umumnya dan usahatani ternak khususnya. Tahun 2011 sudah tiba banyak lagi rencana usahatani yang akan dikerjakan oleh Kelompok Tani Karingau Baru, ” Semoga Berhasil”

Posted in Uncategorized. Leave a Comment »

HMT [Hijauan Makanan Ternak]

PENDAHULUAN

Meskipun Balikpapan khususnya dan Kalimantan Timur umumnya merupakan daerah yang luas dimana banyak terdapat ahan-lahan bera yang belum dimanfaatkan, tetapi apabila dilihat dari sisi persediaan pakan ternak bagi petani apalagi pemeliharaan ternak tersebut diusahakan dengan skala komersial maka sering terjadi kekurangan persediaan pakan terutama di musim kemarau.

Budidaya hijauan makanan ternak (HMT) merupakan suatu keharusan bagi peternak apabila ingin mengusahakan komoditas ternak baik usaha budidaya maupun usaha penggemukan (Fattening).

Tentang apa itu HMT, bagaimana cara menanam HMT, dan bagimana adatasinya diterangkan secara detail agar lebih mudah dipahami. Disini diterangkan pula perbedaan antara rumput dan leguminosa serta manfaat dari kedua jenis HMT tersebut. Di bagian selanjutnya diterangkan pula jenis-jenis rumput dan leguminosa, sifat-sifatnya dan cara mengelolanya.

Dari sekian banyak pilihan jenis rumput dan leguminosa serta macam-macam manfaat yang dapat diambil dari budidaya HMT ini seperti tanaman pagar sebagai panganan ternak dan pembatas lahan milik petani, sebagai pencegah erosi dan lain-lain maka petani diharapkan dapat lebih tertarik untuk membudidayakannya, sehingga dengan demikian persediaan pakan berkualitas bukanlah hal yang sulit lagi meskipun pada musim kemarau.

Pemilihan pola budidaya seperti rumput untuk padang penggembalaan, rumput potong angkut atau tipe campuran dapat dilakukan petani disesuaikan dengan kondisi dan luas pemilikan lahan serta jumlah ternak yang dipelihara.

APAKAH HMT ITU ?

Istilah HMT (forages) meliputi :

  1. Rumput, leguminosa herba, semak dan pohon yang asli di suatu daerah
  2. Species yang diintroduksi dari negara lain (HMT introduksi, kadang-kadang juga disebut HMT unggul)

Istilah “HMT budidaya” berarti tanaman yang ditanam dan dikelola petani, biasanya yang diintroduksi.

Ciri-ciri Rumput

Rumput terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran

  1. Yang tumbuh menjalar dan pendek untuk penggembalaan
  2. Yang tinggi untuk potongan
  3. yang sedang tingginya, dapat digunakan untuk penggembalaan dan potongan

Umumnya, rumput dapat berproduksi sangat tinggi, dan cepat pulih setelah pemotongan karena titik-titik tumbuhnya dekat dengan permukaan tanah.

Mengangkut daun-daunnya tidak merusak titik-titik tumbuh, dan pertumbuhan kembali dapat segera berlangsung (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi titik-titik tumbuh pada rumput dan leguminosa

Ada kekecualian terhadap sifat umum ini, misalnya pada rumput gajah (Pennisetum spp) yang tidak tahan penggembalaan karena letak titik-titik tumbuhnya lebih terbuka, sehingga lebih peka terhadap pemotongan.

Ciri-ciri Leguminosa

Leguminosa adalah tanaman berdaun lebar yang dapat merubah nitrogen dari udara menjadi protein, melalui suatu simbiosis dengan bakteri Rhizobium yang hidup dalam bintil-bintil akarnya.

Sebagai penukarnya, leguminosa menyediakan energi yang dibutuhkan bakteri tersebut untuk mengikat nitrogen (Gambar 2). Kehilangan energi ini merupakan salah satu alasan mengapa tanaman leguminosa tidak dapat menghasilkan daun sebanyak rumput, tetapi nilai gizinya lebih tinggi.

Energi

Legume                                               Rhizobium

Nitrogen

Gambar 2.   Hubungan simbiosis antara leguminosa dengan bakteri

dalam bintil akarnya

Tanaman leguminosa berguna bagi usahatani karena dengan kandungan proteinnya yang tinggi dapat memperbaiki kesuburan tanah maupun produksi ternak. Sebagian besar protein leguminosa terdapat dalam daunnya.

Bila leguminosa dimakan ternak, sebagian proteinnya dirubah menjadi daging, susu, atau tenaga. Walaupun demikian, banyak yang lolos dan dikembalikan ke tanah melalui air kencing dan kotorannya. Jika leguminosa tidak dipotong atau digembalai (seperti pada tanaman penutup tanah), nitrogen dalam daunnya akan dikembalikan ke tanah, bila daunnya gugur dan membusuk. Sejumlah kecil N juga dikembalikan ke tanah melalui dekomposisi akar dan bintil-bintilnya.

Kebanyakan leguminosa mempunyai titik-titik tumbuh yang terbuka. Bila daun-daun leguminosa ini dimakan, titik-titik tumbuhnya terambil, dan tanaman tersebut harus memulai pertumbuhannya dari titik tumbuh yang lebih rendah letaknya. Defoliasi yang terlalu sering pada leguminosa mungkin akan sangat memperlambat pertumbuhan kembali.

Ada pengecualian terhadap sifat umum ini, misalnya pada Arachis pintoi, yaitu sejenis leguminosa yang menjalar rendah dengan stolon (batang menjalar di atas tanah). Titik-titik tumbuh pada spesies yang tumbuh menjalar (baik rumput maupun leguminosa) terletak dekat permukaan tanah, sehingga tidak terenggut oleh pemotongan maupun penggembalaan.

Rumput Vs. Leguminosa

Rumput dan leguminosa memiliki beberapa perbedaan sifat, sehingga masing-masing cocok untuk penggunaan tertentu. Ini meliputi :

Sifat-sifat Khas Rumput Leguminosa Leguminosa Pohon
Akar serabut

  • Dapat menahan “top soil”

Akar tunjang (berasal dari biji)

  • Menarik air dari lapisan tanah yang dalam

Sistem perakaran yang sangat dalam

  • Baik waktu musim kemarau

Fixasi N

  • Kandungan protein tinggi

Umur (tahun)

  • Tidak perlu sering diremajakan
√> 1 √√> 1 √√√> 10

Produksi rumput umumnya jauh lebih tinggi daripada leguminosa

Produktivitas dan kualitas rumput dan leguminosa

Rumput Leguminosa
Prod. Bahan kering (t/ha/th), ditanam pada berbagai tingkat kesuburan tanah

  • Kesuburan rendah
  • Kesuburan sedang
  • Kesuburan tinggi

Protein (%)

10 – 1515 – 3030 – 505 – 15 3 – 55 – 1010 – 1515 – 25

Mengapa kita tidak hanya menggunakan rumput untuk produksi ternak, bila produksinya lebih tinggi dari leguminosa?

Alasannya adalah karena kandungan protein rumput jauh lebih rendah daripada leguminosa, dan umumnya tidak akan mampu untuk menunjang produksi ternak yang tinggi.

Rumput Budidaya Vs. Rumput Alam

  • Rumput budidaya berbeda dengan rumput alam yang tidak membutuhkan perawatan
  • Rumput budidaya perlu perawatan yang cermat (terutama selama masa pertumbuhan awal) untuk menjamin bahwa mereka akan mampu bertahan dan produktif


PERSIAPAN PENANAMAN

1.   Mengenali Biji-biji Spesies HMT Utama

  • Biji HMT umumnya kecil tetapi ukurannya bervariasi. Jumlah biji per kilogram untuk spesies-spesies utama tercantum dalam Tabel 1. Angka-angka tersebut hanya berdasarkan perkiraan dan akan bervariasi tergantung kultivar, kondisi cuaca pada waktu produksi biji, dan metoda panen, terutama pada rumput.
  • Biji rumput lembut dan peka terhadap kerusakan fisik dan tekanan temperatur/kadar air
  • Biji leguminosa umumnya lebih keras dan lebih tahan daripada biji rumput

Tabel 1.  Jumlah biji per kilogram dari spesies HMT utama

Spesies Jumlah biji per kg Potensi biji keras?
a) Rumput Tidak berlaku
Andropogon gayanus 900,000
Brachiaria brizantha 200,000
Brachiaria decumbens 250,000
Brachiaria humidicola 250,000
Brachiaria ruziziensis 225,000
Panicum maximum 1,200,000
Paspalum atratum 360,000
Setaria sphacelata 1,600,000
b) Leguminosa
Arachis pintoi 7,000 Tidak ada
Centrosema pubescens 40,000 Sedang-tinggi
Desmanthus virgatus Tinggi
Desmodium rensonii Rendah
Stylosanthes guianensis 300,000 Sedang
c) Leguminosa pohon
Calliandra calothyrsus 20,000 Sedang
Gliricidia sepium 10,000 Tidak ada
Leucaena leucocephala 30,000 Tinggi

This slideshow requires JavaScript.


2.   Membersihkan Biji Rumput

Contoh biji rumput seringkali mengandung sejumlah biji kosong, yang tidak dapat berkecambah. Memisahkan contoh biji rumput yang berisi dan yang kosong (membersihkan) sederhana saja, karena biji yang berisi jauh lebih berat daripada yang tidak berisi. Menggunakan prinsip yang sama dengan menampi beras, bila contoh biji dibiarkan ditiup angin yang lembut, biji kosong yang lebih ringan akan tertiup angin, yang berisi akan menumpuk di atas tanah.

Anda akan dibekali contoh biji rumput, yang mengandung biji yang berisi maupun kosong. Latihannya adalah membersihkan biji tersebut.

Untuk contoh biji rumput yang sangat halus, hal ini dapat dengan cara meniup pelan-pelan pada saat biji jatuh dari tangan. Untuk contoh biji yang lebih besar, letakkan biji pada tampah bambu, dan bersihkan dengan cara menampi seperti yang dilakukan pada padi.

3.   Skarifikasi Biji Keras Leguminosa

Sebagian (tidak semua) leguminosa mempunyai kulit biji yang keras (Lihat Tabel 1.) memcahkan biji yang keras sehingga air dapat meresap ke dalam biji disebut skarifikasi. Skarifikasi meningkatkan daya kecambah. Akan tetapi, umumnya tidak perlu dilakukan skarifikasi pada biji leguminosa karena jumlah yang bukan biji keras dan siap berkecambah cukup besar. Oleh karena itu, lakukanlah dulu uji daya tumbuh untuk menentukan apakah perlu dilakukan skarifikasi. Skarifikasi tidak perlu dilakukan bila daya tumbuh > 40%.

Ada banyak metoda skarifikasi biji leguminosa tetapi yang paling sederhana, aman, dan dapat diandalkan adalah :

  1. Menggosok biji dengan kertas amplas
  2. Bila contoh yang ada hanya sedikit, potonglah kulit biji dengan menggunakan pisau kecil (scalpel) atau gunting kuku (untuk biji leguminosa pohon)

Akan tetapi, untuk jumlah yang besar, metoda-metoda tersebut tidak praktis. Metoda lain yang dapat digunakan untuk biji dalam jumlah besar adalah:

  • Mencelup dalam air hangat, panas atau mendidih, lama pencelupan bervariasi (misalnya biji Leucaena dalam air mendidih selama 3 detik, kemudian langsung dicelup dalam air dingin untuk mencegah kerusakan biji. Alternatif lain, biji Leucaena dapat dicelupkan dalam air bersuhu sekitar 800C selama 10 menit, lalu dicelup dalam air dingin)
  • PERINGATAN!…. Penggunaan metoda-metoda ini dapat mematikan biji dengan mudah. Bila kumpulan benih merupakan campuran biji keras dan “lunak” (biji yang siap berkecambah), perlakuan dengan air panas untuk meningkatkan daya kecambah biji keras akan mematikan sebagian besar biji yang lunak. Dalam hal demikian, lebih baik menggunakan skarifikasi mekanis daripada air panas. Bila harus juga dilakukan perlakuan dengan air panas, hendaklah SELALU mencoba dulu dengan sedikit contoh biji yang akan digunakan, dengan lama waktu celup yang berbeda-beda.
  • Sistem skarifikasi mekanis sederhana dengan menggunakan drum yang berputar dan permukaan yang menggores (misalnya kertas amplas) dapat dibuat.

4. Uji Daya Tumbuh

Caranya seorang petani atau petugas mengetahui kualitas biji HMT adalah dengan melakukan uji daya tumbuh. Perbedaan antara uji daya tumbuh ini dan uji kecambah secara laboratoris adalah bahwa uji daya tumbuh dilakukan dengan tanah, bukan dengan cawan petrie, dan uji ini dilakukan dengan biji yang akan ditanam di lahan. Uji daya tumbuh memiliki kelebihan yaitu menggabungkan antara kemurnian biji dengan persentase daya kecambah. Dengan demikian, hasil uji daya tumbuh sangat mirip dengan pertumbuhan sebenarnya di lapangan.

Untuk mengetahui berapa proporsi biji keras leguminosa, dianjurkan untuk melakukan 2 macam uji daya tumbuh.

Yang pertama dilakukan dengan menggunakan biji yang tidak mendapat perlakuan, yang kedua menggunakan biji yang telah diskarifikasi. Selisih daya tumbuh antara kedua uji tersebut merupakan proporsi biji keras.

Berbeda dengan uji daya kecambah secara laboratoris yang baku (yang menggunakan contoh biji yang benar-benar akan ditanam. Uji daya tumbuh dilakukan sebagai berikut :

  1. Gunakan baki yang rata (berukuran sekitar 25 cm x 40 cm dan dibuat dari kayu atau plastik), berlubang pada bagian dasar untuk drainase.
  2. Isi baki tersebut dengan tanah setempat, yang tidak disterilkan.
  3. Tanamlah 100 biji HMT yang akan diuji dalam larikan, sedalam 0,5 cm. Tutup biji dengan tanah. Tandai larikannya.
  4. Pastikan bahwa biji benar-benar berkontak dengan tanah dengan jalan agak menekan tanah setelah biji ditanam.
  5. Biarkan pada suhu kamar di tempat yang cukup menerima cahaya (misalnya dekat jendela), dan siram secara teratur untuk menjaga agar tanah tetap basah, tetapi tidak tergenang.
  6. Hitung jumlah kecambah yang tumbuh. Mungkin uni ini perlu dilanjutkan sampai 14 – 21 hari untuk biji rumput, dan 7 hari untuk biji leguminosa.

CARA MENANAM HMT

Persiapan Lahan Dan Penanaman

Biji HMT berukuran kecil – perlakukan seperti perlakuan terhadap biji sayur-sayuran!

Biji rumput (Panicum maximum)

Padi

Biji jagung

Biji leguminosa (S. guianensis)

Gambar 3. Ukuran biji HMT, dibandingkan dengan biji tanaman lain

Ukuran biji yang kecil mempunyai konsekuensi penting terhadap budidaya :

  • Biji jangan ditanam terlalu dalam

Biji HMT harus ditanam sedalam 1 – 2 cm, jangan lebih, karena biji yang kecil tersebut tidak mempunyai energi yang cukup untuk berkecambah dan muncul ke permukaan tanah.

Karena itu kita memerlukan persiapan tanah yang baik, karena biji mungkin jatuh ke dalam celah tanah yang kurang baik pengolahannya, dan biji tidak dapat berkecambah.

  • Kita tidak dapat menggunakan alat tugal seperti untuk jagung karena biji akan tertanam terlalu dalam sehingga sulit muncul.
  1. a. Persiapan lahan yang jelek

  1. b. Persiapan lahan yang baik

Gambar 4. Contoh persiapan lahan yang jelek dan baik

  • Biji harus melekat/kontak dengan baik pada tanah

Bila biji disebarkan di permukaan tanah, kontak dengan tanah kurang baik dan biji tidak akan mudah berkecambah (Gambar 4) penyebabnya adalah :

  • Biji perlu kontak/melekat dengan baik pada tanah agar mampu menyerap air.
  • Akar-akar anakan yang masih muda sulit menembus ke dalam tanah.
  • Anakan yang masih muda akan mudah menjadi kering di permukaan tanah.

Oleh karena itu kita harus menutup biji HMT dengan tanah dan agak memadatkannya agar terjadi kontak antara biji dan tanah.

  • Lindungi tanahmu – jaga agar erosi seminimum mungkin

Karena biji HMT kecil dan harus ditanam dangkal, akan mudah terbawa hanyut oleh hujan lebat.

Oleh karena itu kita perlu menggunakan cara-cara apapun yang ada untuk mengurangi bahaya ini. Beberapa kemungkinan alternatif adalah :

  • Tumpangsari pada tanaman pangan
  • Jangan menanami garis kontur dengan tanaman pangan
  • Menutupi permukaan tanah dengan limbah pertanian
  • Tanami garis kontur dengan HMT

Sejauh Mana Diperlukan Persiapan Tanah?

Seringkali petani lebih suka mempersiapkan tanahnya sebaik-baiknya, akan tetapi hal ini tidak selalu dapat dilakukan. Pada prinsipnya, makin baik pengolahan tanah, makin baik pertumbuhan HMT

Beberapa jenis leguminosa yang berbiji besar, dapat disisipkan (oversowing) pada padang rumput (misalnya padang alang-alang) setelah dibakar atau penggembalaan berat. Akan tetapi, persaingan dari rumput akan sangat tinggi dan budidayanya berisiko. Pengelolaan penggembalaan yang cermat setelah penyisipan dapat membantu bertahannya anakan leguminosa. Penyisipan rumput pada padang rumput alam umumnya kurang berhasil.

Apakah Perlu Inokulasi Pada Leguminosa?

Leguminosa hanya dapat mengikat N (Nitrogen) dari udara, jika memiliki bakteri khusus (Rhizobia) yang hidup dalam akarnya. Rhizobia membentuk bintil-bintil pada akar, yang mudah terlihat. Tidak semua bintil akar efektif dalam mengikat N. Cara yang mudah untuk mengetahui apakah sebuah bintil akar mengikat N, adalah dengan memotongnya dan mengamati warnanya. Bila warnanya merah muda (pink) berarti fiksasi Nnya efektif.

Banyak leguminosa yang dapat membentuk bintil-bintil yang efektif dengan rhizobia yang ada di kebanyakan tanah di Asia Tenggara. Kesulitan pembentukan bintil (nodulasi) mungkin terjadi pada daerah-daerah yang baru dibuka, dimana belum ada penanaman leguminosa sebelumnya. Indikasi pertama kesulitan nodulasi adalah menguningnya dedaunan anakan leguminosa (defisiensi N).

Jika suatu jenis leguminosa tidak membentuk bintil yang efektif di suatu tempat, biasanya akan lebih mudah mencarikan alternatif leguminosa lain daripada berusaha melakukan inokulasi (memberikan biakan rhizobium pada biji atau tanah sebelum tanam). Alasannya karena akan timbul kesulitan bila inokulan diberikan kepada petani (perlu adanya fasilitas pendingin/lemari es).

Alternatif-alternatif Yang Ada Sebagai Pengganti Persiapan Tanah Yang Sempurna Bagi Budidaya HMT di Petani

Seringkali petani senang melakukan persiapan tanah yang sempurna (bersih) khusus untuk menanam HMT. Akan tetapi, kadang-kadang (misalnya jika tenaga kerja dan tanah terbatas) hal ini tidak mungkin dilakukan. Untuk itu ada beberapa alternatif cara budidaya HMT yang mungkin dilakukan.

  • Penyisipan leguminosa pada tanaman pangan seperti jagung dan padi ladang/gogo

Biji leguminosa HMT disebarkan atau ditanam dalam larikan pada waktu pendangiran pertama atau kedua. Leguminosa yang ditanam pada saat yang sama dengan tanaman pokok dapat menyaingi tanaman pokok tersebut sehingga produksinya menurun.

Penyisipan leguminosa pada tanaman pokok adalah dengan memanfaatkan :

  • Penghancuran tanah saat pendangiran (tidak perlu pengolahan tambahan)
  • Kandungan air tanah dan sisa pupuk yang diberikan pada tanaman pokok
  • Tidak perlu mendangir
  • Mengurangi biaya persiapan dan tenaga kerja
  • Menanam tanaman pangan untuk persiapan penanaman HMT (rumput dan/atau leguminosa)

Petani yang ingin menanam HMT (rumput dan/atau leguminosa untuk potongan atau penggembalaan) dapat menanam tanaman pokok lebih dulu, kemudian menyisipkan HMT. Dengan cara ini petani memanfaatkan satu kali pengolahan tanah dan pendangiran untuk 2 keuntungan (produksi pangan dan budidaya HMT).

Pada kedua contoh tersebut, kadang-kdang petani bersedia memupuk tanamannya, yang akan memberikan manfaat pula bagi budidaya HMT.

  • Penyisapan leguminosa ke dalam padangan yang ada

Leguminosa berbiji keras dapat disisipkan ke dalam padangan, baik sebelum maupun sesudah pembakaran. Pengolahan ringan setelah pembakaran akan meningkatkan pertumbuhan. Tanpa pengolahan tanah rumput-rumput yang ada akan cepat bertumbuh kembali dan leguminosa yang disisipkan akan sulit bersaing. Penggembalaan dan pemotongan rumput setelah penyisipan dapat membantu pertumbuhan leguminosa. Penyisipan dengan biji rumput biasanya tidak berhasil.

  • Penanaman secara vegetatif

Penanaman secara vegetatif biasanya kurang membutuhkan persiapan tanah yang sempurna dibandingkan penanaman dengan biji, dan seringkali lebih disukai petani karena teknik tersebut telah dikenal dengan baik dan dapat diandalkan.

ADAPTASI HMT TERHADAP IKLIM DAN TANAH

Mengapakah Adaptasi Terhadap Iklim Dan Tanah Penting?

Tidak ada satupun spesies HMT yang dapat tumbuh dimana-mana, seperti halnya tidak ada satupun varitas padi yang dapat tumbuh dimana-mana (pikirkan tentang adaptasi berbagai tipe padi – sawah irigasi dan tadah hujan, ladang, pasang – surut).

HMT telah tumbuh di berbagai lingkungan tertentu (misalnya banyak jenis rumput yang berasal dari Afrika Timur, leguminosa dari Amerika Selatan dan Asia Tenggara), dan adaptasi dengan kondisi tanah dan iklim daerah asalnya. Nampaknya tidak mungkin suatu spesies HMT dari daerah iklim kering akan tumbuh baik di daerah tropika basah. Demikian juga, suatu spesies yang berasal dari lahan alkalis yang subur tidak mungkin berpenampilan baik bila ditanam pada lahan asam yang tidak subur.

Melalui FSP telah ditemukan bahwa banyak spesies HMT yang diseleksi pada tanah-tanah asam yang tidak subur di Amerika Selatan seperti Stylosanthes guianensis dan Brachiaria decumbens, bertumbuh amat baik pada tanah-tanah serupa di Asia Tenggara.

Beberapa spesies HMT memiliki daya adaptasi yang luas terhadap tanah dan iklim, dengan demikian dapat tumbuh di banyak daerah, sedang yang lain mempunyai adaptasi yang lebih spesifik terhadap kondisi-kondisi tertentu.

Faktor-faktor Tanah dan Iklim Yang Penting Untuk Dipertimbangkan Dalam Pemilihan Spesies

  • Iklim (curah hujan dan lamanya musim kemarau)
  • Kesuburan tanah
  • Keasaman/pH tanah
  • Drainase

GAMBAR 5 HAL. 23 SCAN

Banyak jenis leguminosa yang mempunyai titik-titik tumbuh yang terbuka (Gambar 1). Bila daun-daun leguminosa ini dimakan, titik-titik tumbuh terambil, dan tanaman harus memulai pertumbuhan dari suatu titik tumbuh yang letaknya lebih rendah. Perenggutan/defoliasi yang terus menerus pada leguminosa dapat sangat memperlambat pertumbuhannya.

Ada kekecualian dalam hal ini seperti Arachis pintoi, sejenis leguminosa yang tumbuh menjalar, membentuk stolon. Titik-titik tumbuh dari spesies-spesies yang menjalar demikian terletak dekat permukaan tanah, sehingga tidak terangkut oleh pemotongan atau perenggutan.

Hanyalah leguminosa yang tumbuh menjalar, membentuk stolon yang bertahan pada penggembalaan berat. Leguminosa yang tumbuh tegak atau merambat, membutuhkan pengelolaan yang cermat, bila digembalai (Tabel 2). Ada beberapa leguminosa yang cocok untuk potong-angkut (selain leguminosa pohon). Walaupun demikian, sebagian petani menanam leguminosa memanjat dengan rumput yang tumbuh tinggi pada sistem potong – angkut.

Tabel 2. Kegunaan leguminosa disesuaikan dengan sifat tumbuhnya

Penggembalaan Fungsi Ganda Potong – angkut
  • Menjalar, membentuk stolon (misal Arachis pintoi)
  • Tegak (misal Stylosan-thes guianensis)
  • Spesies memanjat (misal Centrosema pubescens)
    • Pohon/semak (misal Leucaena leucocephala)
    • Memanjat, ditanam bersama rumput yang tumbuh tinggi (misal Centrosema pubescens)

SIFAT-SIFAT DAN ADAPTASI SPESIES-SPESIES HMT UTAMA

Di bawah ini tertera profil spesies-spesies HMT utama

a. Rumput

1.   Andropogon gayanus

2.   Brachiaria brizantha

3.   Brachiaria decumbens

4.   Brachiaria humidicola

5.   Brachiaria ruziziensis

6.   Panicum maximum

7.   Paspalum atratum

  1. Pennisetum hibrida – pendek (dwarf)
  2. Pennisetum hibrida – King grass

10.  Setaria sphacelata

b. Leguminosa

1.   Arachis pintoi

2.   Centrosema pubescens

3.   Desmanthus virgatus

4.   Desmodium rensonii

5.   Stylosanthes guianensis

c.  Leguminosa pohon/semak

1.   Calliandra calothyrsus

2.   Gliricidia sepium

3.   Flemingia macrophylla

3.   Leucaena leucocephala

TABEL 3. HAL 30
HAL-HAL YANG MEMUNGKINKAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK TUMBUH

Apakah Yang Menyebabkan HMT Tumbuh?

HMT sama dengan tanaman pertanian lain, untuk tumbuh mereka membutuhkan :

  1. Cahaya
  2. Unsur-unsur hara
  3. Air

Ketiganya adalah faktor-faktor esensial, jika salah satu terbatas, tanaman tidak dapat memanfaatkan kedua faktor lain secara penuh.

Misalnya, bila terjadi kemarau panjang, pertumbuhan HMT akan terhambat walaupun ditanam pada tanah yang subur (kandungan haranya tinggi), dan memperoleh sinar matahari secara penuh (banyak cahaya). Demikian juga, bila tanaman sangat ternaungi, ia tak akan tumbuh walaupun air dan hara tersedia sepenuhnya.

Selain ketiga faktor esensial ini, ada faktor-faktor lain yang dapat membatasi pertumbuhan HMT seperti suhu yang rendah, pH tanah yang sangat rendah, dan tergenang. Pembatas-pembatas ini akan dibahas pada bagian lain menyangkut adaptasi HMT.

  1. 1. Cahaya

Cahaya adalah energi yang dibutuhkan tanaman untuk fotosintesa dan tumbuh. Fotosintesa adalah proses dimana daun-daun tanaman merubah energi (cahaya) dan CO2 dari udara menjadi karbohidrat (pertumbuhan tanaman).

Ada suatu hubungan sederhana antara pertumbuhan tanaman dan jumlah cahaya yang diterima tanaman (Gambar 6).

Gambar 6. Produksi rumput yang tumbuh di bawah cahaya penuh dan naungan

Penjelasan gambar 6.

Produksi HMT (pertumbuhan) berkaitan langsung dengan jumlah cahaya yang diterima tanaman, sepanjang unsur hara dan air tidak merupakan pembatas. Misalnya, bila produksi rumput 20 ton BK/ha pada cahaya penuh (100% cahaya), maka produksi yang dapat diharapkan adalah 10 ton/ha bila ditanam di bawah perkebunan kelapa dengan transmisi cahaya hanya 50%.

Dalam praktek HMT jarang dapat memanfaatkan cahaya yang tersedia secara penuh karena salah satu dari kedua faktor esensial (unsur hara dan air) dalam beberapa hal merupakan faktor pembatas. Inilah sebabnya mengapa seringkali ada perbedaan kecil antara tanaman yang tumbuh di bawah sinar matahari penuh dengan yang tumbuh di bawah naungan, seperti yang tumbuh di bawah pohon-pohon kelapa yang tua ( >75% cahaya sampai ke tanah). Di lain pihak, bila naungan lebih berat ( <75% cahaya diterima), maka akan terlihat jelas penurunan produksi HMT.

Ada beberapa spesies yang beradaptasi baik pada kondisi sangat termaung (misal Paspalum conjugatum, Arachis pintoi), tetapi produktivitasnya tetap rendah.

Tidak ada spesies ajaib yang berproduksi tinggi di bawah naungan. Alasannya sederhana : tanpa energi (cahaya) → tidak ada pertumbuhan

Pertumbuhan HMT di bawah naungan juga tergantung dari jumlah yang dapat ditangkap oleh dedaunan tanaman. Bila cahaya sampai ke tanah (tidak tertangkap oleh tanaman), tak akan berguna bagi tanaman. Petani dapat membantu tanaman yang ternaungi untuk memaksimalkan pertumbuhannya dengan cara pemotongan yang hati-hati. Sasarannya adalah menyisakan daun dalam jumlah yang cukup sehingga HMT dapat menangkap cahaya yang tersedia. Jangan memotong/menggembalai terlalu pendek atau terlalu sering.

  1. 2. Unsur Hara

Unsur hara untuk pertumbuhan tanaman disuplai oleh tanah, jadi pertumbuhan tanaman ( = hasil) tergantung dari kesuburan tanah. Kesuburan tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan tambahan unsur hara, misalnya pupuk kandang dan pupuk kimia.

Respon HMT terhadap peningkatan kesuburan tanah adalah sebagai berikut (Gambar 7).

Gambar 7. Respon produksi terhadap peningkatan kesuburan tanah

atau penambahan unsur hara (pupuk)

Keterangan gambar :

(L) –   Bila kesuburan tanah rendah, produksi HMT rendah, tetapi ada respon yang baik terhadap penambahan hara (pupuk)

(M) –  Bila kesuburan tanah agak tinggi, produksi HMT lebih tinggi, dan respon terhadap penambahan hara cukup baik

(H) – Bila kesuburan tanah tinggi, produksi HMT sangat tinggi, respon terhadap penambahan hara hanya sedikit

Dalam praktek, HMT biasanya ditanam pada tanah-tanah miskin. Respon terhadap pemberian pupuk biasanya baik.

Unsur hara apakah yang seringkali membatasai pertumbuhan?

Pertumbuhan rumput selalu dibatasi oleh nitrogen (N), dan di banyak daerah di Asia Tenggara fosfor (P) juga merupakan pembatas (Tabel 4). Bila kesuburan tanah sangat rendah, ketersediaan unsur hara utama lain seperti kalium (K) mungkin rendah juga.

Tabel 4. Unsur-unsur hara pembatas pertumbuhan rumput dan leguminosa

Nitrogen (N) Fosfor (P)
RumputLeguminosa √ √  √ √√ √ √

Leguminosa dapat mengikat N, bersimbiosis dengan bakteri dalam bintil akarnya, jadi tidak perlu menambahkan nitrogen. Akan tetapi, leguminosa sering memberikan respon terhadap penambahan P (baik dalam bentuk pupuk kandang atau pupuk anorganik)

Tidak semua spesies HMT dapat tumbuh dan bertahan pada tanah yang kesuburannya rendah. Yang lain dapat bertahan pada tanah-tanah yang tidak subur, tetapi semua spesies berproduksi jauh lebih tinggi pada tanah-tanah yang tinggi kesuburannya (Tabel 5).

Tabel 5. Contoh-contoh adaptasi pada tanah tidak subur

Species Kesuburan tanah
Rendah Tinggi
Brachiaria humidicolaPanicum maximumStylosanthes guianensisCentrosema pubescens √√ √√√√

HMT yang beradaptasi pada tanah-tanah yang tidak subur/miskin seperti Stylosanthes guianensis C!AT 184, mampu bertahan tetapi tidak dapat berproduksi tinggi pada tanah-tanah tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa, adaptasi terhadap tanah-tanah tak subur = bertahan hidup, BUKAN pertumbuhan.

Tidak ada spesies ajaib, yang berproduksi tinggi pada tanah tak subur tanpa penambahan unsur hara. Alasannya sederhana : tanpa unsur hara → tidak ada pertumbuhan.

  1. 3. Air

Air adalah faktor esensial ketiga bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman membutuhkan air agar tetap sejuk, mengisap hara dari dalam tanah, dan untuk fotosintesa (berproduksi).

Bila air terbatas, tanaman terhenti pertumbuhannya, dan hanya bertahan hidup (meminimalkan penggunaan air). Keterangannya sederhana : tanpa air → tidak ada pertumbuhan

Hanya sedikit yang dapat dilakukan petani untuk mengatasi kekurangan air. Pada banyak kasus, tidaklah mungkin mengharapkan petani mengairi HMT, dan biasanya satu-satunya cara yang praktis adalah perencanaan menghadapi musim kemarau. Pilihan yang ada termasuk menanam HMT untuk tujuan khusus, terutama untuk musim kemarau (misal Stylosanthes guianensis, leguminosa pohon), memberikan sisa hasil pertanian seperti jerami padi dan kacang tanah, pucuk tebu, hay atau silase.

Sebagian spesies HMT lebih baik adaptasinya terhadap lingkungan yang kering dibanding spesies lainnya. Contohnya, leguminosa pohon (Leucaena leucocephala), yang mempunyai sistem perakaran yang sangat dalam dan dapat mencapai air tanah yang dalam, leguminosa herba (misal Stylosanthes guianensis), dan rumput (misal Brachiaria decumbens), yang tetap hijau dan tidak rontok daunnya bila mengalami stres air.

Akan tetapi, toleransi terhadap kekeringan tidak berarti pertumbuhan (kecuali bila spesies tersebut dapat mengisap air dari profil tanah yang sangat dalam) melainkan bertahan hidup. Tidak ada spesies ajaib, yang dapat tumbuh tanpa air.

PERSIAPAN SEBELUM TANAM

Bagaimana Menjaga Agar Biji Tetap Tumbuh?

Biji HMT memang hidup, tetapi akan cepat mati bila tidak disimpan dengan baik. Aspek-aspek yang paling penting untuk menjaga agar biji HMT tetap hidup adalah kadar air biji dan suhu penyimpanan. Dari kedua faktor ini, kadar air biji lebih penting.

Kadar Air

Idealnya biji harus disimpan pada saat kadar airnya £ 10% or less. Bila disimpan pada kadar air >10%, setiap penambahan kadar air 1% akan menyebabkan masa simpannya turun setengahnya (Gambar 8)!

Gambar 8. Pengaruh kadar air biji HMT biji terhadap masa simpannya,

pada suhu penyimpanan 250C

Suhu Penyimpanan

Suhu penyimpanan yang tinggi mempunyai dampak yang kurang baik terhadap masa simpan biji, tetapi pengaruhnya kurang penting dibandingkan dengan pengaruh kadar air. Sebagai acuan dapat dikatakan bahwa setiap penurunan suhu penyimpanan sebesar 5%, masa simpan akan meningkat 2 kali lipat.

Kadar Air Biji Meningkat Di Daerah Beriklim Basah

Biji leguminosa umumnya lebih mudah ditangani dan disimpan daripada biji rumput. Penyebabnya adalah karena kebanyakan biji leguminosa mempunyai kulit biji yang keras, yang dapat mencegah masuknya uap air ke dalam biji selama penyimpanan. Biji rumput tidak memiliki mekanisme ini, dan akan mengabsorbsi uap air dari udara seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Efek kelembaban nisbi (Rh) udara terhadap kadar air biji

yang telah dikeringkan sebelumnya

Kelembaban nisbi udara
50% 60% 70% 80%
Perubahan kadar air biji (%) 8 10 12 14

Di daerah-daerah tropis, kelembaban nisbi (Rh) udara seringkali > 80%, dan dengan demikian biji akan mengabsorbsi uap air dari udara, yang mengakibatkan kadar airnya mencapai 14% atau lebih. Seperti terlihat dari Gambar 8, biji dengan kadar air 14% tidak akan mampu bertahan lebih dari 6 bulan.

Bagaimana Caranya Mencegah Biji Menyerap Uap Air?

Cara yang mudah untuk mencegah biji menyerap uap air dari udara adalah dengan menyimpannya dalam kantung plastik tebal, atau wadah tertutup rapat lainnya. Biji yang diterima dalam paket tertutup rapat jangan dibuka sampai saat anda siap untuk menggunakannya.

Jika biji diterima dalam paket terbuka, dianjurkan untuk mengeringkannya dulu sebelum disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Keringkan biji di tempat teduh selama 1 hari, kemudian jemur di sinar matahari selama 1 hari juga. Simpan segera setelah kering. Jangan menggunakan permukaan yang sangat panas, misalnya ubin atau lantai semen waktu tengah hari, untuk menjemur biji.

Walaupun kebanyakan leguminosa memiliki kulit biji yang keras, mereka masih peka terhadap absorbsi uap air dari udara. Oleh karena itu dianjurkan juga untuk memperlakukan biji leguminosa seperti halnya biji rumput yang akan disimpan.

Komponen Kualitas Biji Apakah Yang Penting Bagi Budidaya?

Sebelum penanaman, kita perlu mengetahui kualitas biji yang dimiliki untuk menjamin terwujudnya budidaya yang berhasil. Menanam biji yang berkualitas jelek akan menghasilkan tanaman yang jelek pula.

Cara mengetahui kualitas biji HMT bagi petani atau petugas adalah dengan melakukan uji daya tumbuh (emergence test). Perbedaan antara uji daya tumbuh ini dengan uji daya kecambah di laboratorium adalah bahwa uji daya tumbuh :

  1. Dilakukan di tanah, bukan di cawan petrie
  2. Menggunakan biji yang akan kita tanam di lahan, bukan dengan biji murni seperti pada uji daya kecambah. Pada uji laboratoris, mula-mula dihitung kemurnian biji (proporsi berat biji penuh dalam contoh yang juga mengandung biji kosong), dan kemudian menggunakan biji  murni tersebut untuk uji daya kecambah. Setelah itu dilakukan perhitungan untuk memperkirakan daya tumbuh di lapangan.

Uji daya tumbuh jauh lebih sederhana dan hasilnya akan lebih mendekati kondisi sebenarnya di lapangan. Keterbatasannya hanyalah bahwa untuk uji daya tumbuh ini harus menggunakan contoh biji yang relatif bersih. Ini tidak menjadi masalah pada biji yang dipanen secara manual (bukan dengan mesin). Rincian tentang cara melakukan uji daya tumbuh diberikan pada saat praktikum.

Sebelum melakukan uji daya tumbuh kita harus yakin bahwa yang kita miliki adalah biji yang relatif bersih. Hal ini mudah pada biji leguminosa yang umumnya berisi dan akan mampu berkecambah. Akan tetapi, rerumputan seringkali mempunyai proporsi biji kosong yang tinggi dan akan membutuhkan pembersihan sebelum dilakukan uji daya tumbuh. Hal ini umumnya cukup mudah bagi biji rumput, karena biji (spikelet) yang kosong lebih ringan dan dapat ditampi seperti padi. Rincian cara membersihkan biji akan disampaikan waktu praktikum.

Uji daya tumbuh memberikan gambaran tentang presentase biji yang kemungkinan berkecambahnya di lapangan besar. Akan selalu ada sebagian biji yang tidak berkecambah saat uji daya tumbuh.

Pada rumput penyebabnya meliputi :

  1. Sebagian biji tidak berisi (walaupun telah dibersihkan)
  2. Sebagian biji sudah mati
  3. Sebagian biji masih hidup tetapi belum siap untuk berkecambah (hal ini disebut dormansi). Dormansi dapat pula merupakan suatu kelebihan yang menguntungkan karena biji akan berkecambah secara berangsur-angsur, tidak serentak. Ini akan mengurangi resiko yang mungkin merugikan bila perkecambahan serentak terjadi pada periode musim kering. Dalam praktek, jarang timbul masalah akibat dormansi, kecuali bila biji belum lama dipanen. Untuk menghindari masalah akibat dormansi, biji harus disimpan sekurang-kurangnya 3 – 6 bulan setelah panen. Hal ini umum dilakukan, karena rumput biasanya berbiji pada pertengahan atau menjelang akhir musim hujan, dan biji yang dipanen tahun ini baru akan ditanam pada musim hujan berikutnya.

Pada leguminosa, penyebab biji tidak berkecambah waktu diuji meliputi :

  1. Sebagian biji sudah mati
  2. Sebagian biji memiliki kulit tebal yang mencegah biji mengabsorbsi air (dan karena itu belum siap untuk berkecambah). Di lapangan, kulit biji yang keras pecah secara alamiah akibat siklus basah dan kering berulang-ulang. Seperti halnya dormansi pada rerumputan, kulit biji yang keras pada leguminosa memberikan keuntungan pengurangan resiko berkecambahnya biji secara serentak. Akan tetapi, bila proporsi biji berkulit keras tinggi, budidayanya akan jelek. Untuk menentukan berapa proporsi biji berkulit keras, perlu dilakukan 2 macam uji daya tumbuh pada biji leguminosa.

Yang pertama dengan menggunakan benih tanpa perlakuan, yang kedua menggunakan biji yang telah diskarifikasi (perlakuan untuk memecahkan kulit biji yang keras agar air dapat meresap ke dalam biji). Perbedaan jumlah yang tumbuh antara kedua macam uji tersebut menunjukkan proporsi biji kerasnya.

Bila yang berkecambah lebih dari 40% maka tidak diperlukan perlakuan untuk memecahkan biji kerasnya. Bila yang berkecambah kurang dari 40% karena proporsi biji kerasnya tinggi, diperlukan perlakuan untuk memecahkan kulit biji yang keras tersebut. Hal ini akan meningkatkan pertumbuhan.

Salah satu keuntungan melakukan uji daya tumbuh adalah kita dapat menyesuaikan kebutuhan biji HMT bila kualitasnya jelek. Kebutuhan biji yang disarankan tercantum dalam Tabel 7, yang telah disesuaikan dengan hasil-hasil uji daya tumbuh.

Tabel 7.  Penyesuaian kebutuhan biji beberapa spesies HMT (kg/ha)

berdasarkan hasil-hasil uji daya tumbuh

Spesies Daya Tumbuh (%)
> 40% 20-40% 10-20% 5-10%
a) Rumput
Andropogon gayanus 0.5 0.5-1 1-2 2-4
Brachiaria brizantha 1.5 1.5-2 2-3 3-5
Brachiaria decumbens 1.5 1.5-2 2-3 3-5
Brachiaria humidicola 1.5 1.5-2 2-3 3-5
Brachiaria ruziziensis 2 2-3 3-4 4-6
Panicum maximum 3 3-4 4-6 6-8
Paspalum atratum 2 2-3 3-4 4-6
Pennisetum purpureum Hanya menggunakan bahan vegetatif
Setaria sphacelata 2 2-3 3-4 4-6
b) Leguminosa
Arachis pintoi Hanya menggunakan bahan vegetatif
Centrocema pubescens 4 5-6 6-7 8-10
Desmanthus virgatus 2 2-4 4-6 6-8
Desmodium rensonii 2 2-4 4-6 6-8
Stylosanthes guianensis 3 3-5 5-6 6-8
c) Leguminosa pohon
Calliandra calothyrsus Diperlukan 2 biji/anakan per lubang
Gliricidia sepium Diperlukan 2 biji/anakan per lubang atauMenggunakan stek batang
Leucaena leucocephala Diperlukan 2 biji/anakan per lubang

Cara-cara Lain Untuk Menanam HMT

Banyak spesies HMT yang dapat dikembangkan secara vegetatif, dan hal ini sering dilakukan oleh petani kecil karena dianggap sebagai metoda yang mudah dan dapat diandalkan. Banyak bagian tanaman HMT yang dapat digunakan untuk bahan penanaman secara vegetatif :

Tipe HMT/spesies Bagian tanaman untuk bahan vegetatif
Pennisetum purpureumTipe rumput lain yang membentuk rumpun dan tumbuh tegakRumput dan leguminosa yang membentuk stolonGliricidia sepium

Leucaena leucocephala

Stek batangAnakan/polsPols/stolon yang ada akarnyaStek batang (yang tua/keras)

Anakan yang sudah diluruhkan daunnya (bare-stump planting)

Salah satu keterbatasan penanaman dengan bahan vegetatif adalah tanah harus basah dan segera diikuti dengan turunnya hujan. Jarak waktu antara pengambilan bahan penanaman dengan penanamannya harus sesingkat mungkin untuk menjamin pertumbuhan yang baik. Bila bahan penanaman harus diangkut dan disimpan lebih dari 1 hari, harus dijaga agar tetap lembab dan dingin.

Semua tipe HMT dapat juga ditanam dari bibit yang disemaikan lebih dulu seperti halnya pada padi.

MANFAAT GANDA HMT

Hijauan makanan ternak dapat ditanam dengan berbagai cara, dan dengan cara tersebut seringkali bermanfaat ganda :

Berbagai cara penanaman HMT pada sistem usaha tani Manfaat utama
Rumput dan leguminosa pada garis kontur
  • Pencegahan erosi
  • Tambahan pakan untuk ternak
  • Pupuk hijau
Leguminosa pohon sebagai pagar
  • Kayu bakar
  • Mencegah hewan liar
  • Pupuk hijau
  • Pakan yang lebih berkualitas
Leguminosa pada tanah bera
  • Perbaikan kesuburan tanah
  • Pencegahan gulma
  • Mengurangi kebutuhan tenaga kerja
  • Pakan yang lebih baik
Leguminosa dikombinasi dengan rumput
  • Perbaikan kesuburan tanah
  • Pakan tambahan yang lebih baik
Leguminosa sebagai tanaman penutup tanah
  • Pencegahan gulma
  • Perbaikan kesuburan tanah
  • Pakan yang lebih berkualitas
Rumput dan leguminosa pohon untuk produksi hijauan intensif di pekarangan
  • Tambahan pakan yang lebih baik
  • Pupuk hijau
  • Mengurangi kebutuhan tenaga kerja
  • Kayu bakar
Leguminosa untuk produksi tepung daun
  • Penghasilan tambahan
  • Pakan yang lebih berkualitas
Rumput dan leguminosa untuk produksi biji
  • Penghasilan tambahan
  • Pakan

Adapun HMT budidaya mempunyai banyak manfaat dan peranan, sebagai pakan ternak dan pengelolaan sumberdaya secara lebih baik. Termasuk disini :

  • Kontrol/pencegahan of erosi
  • Perbaikan kesuburan tanah
  • Pakan yang lebih baik bagi ternak (kualitas)
  • Lebih banyak pakan bagi ternak (kuantitas)
  • Menekan gulma
  • Melindungi tanaman terhadap hewan liar
  • Kayu bakar
  • Penggunaan tenaga kerja lebih efisien
  • Pupuk
  • Manfaat lain (bahan atap, daun dan polong sebagai pangan, tanaman hias).

KEBUTUHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Apakah Yang Dimaksud Dengan Ruminansia?

Ruminansia adalah hewan yang mempunyai perut besar (“rumen”), yang berisi cairan yang mengandung bakteri, protozoa, dan jamur yang membantu memecahkan bagian berserat pada pakan yang dimakannya. Ruminansia yang paling umum terdapat pada pertanian di Asia Tenggara adalah sapi, kerbau, domba, dan kambing.

Bayangkanlah seekor ruminansia sebagai sebuah drum besar untuk mencernakan dedaunan. Drum itu memiliki 2 lubang; satu di bagian depan untuk tempat masuknya pakan, dan yang satu lagi di bagian belakang, tempat pengeluaran bagian-bagian yang tidak tercerna (Gambar 9).

Ganbar 9.  Ruminansia merupakan drum besar untuk mencernakan dedaunan

Bila pakan yang dikonsumsi mempunyai daya cerna yang tinggi, akan cepat dipecahkan/dicerna, sehingga tersedia ruangan dalam rumen, sehingga memungkinkan ternak untuk makan lagi. Akan tetapi, bila yang dimakan daya cernanya rendah (pakan berserat), perlu waktu yang lama untuk mencernakannya, rumen akan cepat penuh dan ternak tidak dapat makan lagi sampai pakan yang ada dalam rumen sudah dicerna.

Oleh karena itu, jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak ruminansia dibatasi oleh lamanya pakan tersebut dicerna dalam rumen.

Memberikan pakan hijauan yang rendah kualitasnya bagi ruminansia (misalnya berbatang besar yang daya cernanya rendah) dapat menurunkan konsumsi bahan kering harian sampai hanya 2% dari berat badan (Tabel 8).

Tabel 8. Hubungan antara kualitas pakan hijauan dengan konsumsi harian

Kualitas hijauan Bagian tanaman Daya cerna Kecepatan pencernaan di rumen Konsumsi harian (% DM)
TinggiSedangRendah Daun mudaCampuran dedaunan dengan batang mudahSebagian besar berupa batang TinggiSedangRendah CepatSedangLambat 3 – 4%2.5 – 3%2 – 2.5%

Jenis Pakan Apakah Yang Dibutuhkan Ternak Ruminansia?

Agar rumen dapat berfungsi dengan baik dan dapat mencernakan pakan, dibutuhkan kombinasi energi dan protein dalam ransum. Jika protein kurang, rumen tidak dapat mencernakan pakan berserat yang dikonsumsi ternak secara efisien.

Jadi ternak ruminansia membutuhkan kuantitas pakan (setara dengan nasi bagi manusia) dan kualitas pakan (setara dengan daging dan ikan dalam pangan manusia) secukupnya agar pertumbuhannya baik. Bila salah satunya terbatas, pertumbuhan ternak akan lambat.

Kuantitas diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah besar pakan hijauan yang mensuplai energi. Kualitas diperoleh dengan mengkonsumsi pakan hijauan bergizi dengan daya cerna yang tinggi, seperti daun leguminosa, yang mensuplay protein.

Berapa Banyak Pakan Yang Dibutuhkan Ternak Ruminansia?

Ternak ruminansia membutuhkan bahan kering pakan sekitar 3% dari berat tubuhnya setiap hari. Ini setara dengan hijauan segar seberat ± 15% berat tubuhnya.

Jadi seekor sapi betina seberat 300 kg membutuhkan ± 9 kg bahan kering, atau ± 45 kg hijauan segar setiap hari. Seekor kambing seberat 40 kg membutuhkan 1.2 kg bahan kering atau sekitar 6 kg hijauan segar.

Akan tetapi, ternak ruminansia seringkali tidak mampu menghabiskan rumput berkualitas rendah sebanyak ini, sehingga tidak dapat tumbuh secepat bila mereka makan rumput dan leguminosa yang berkualitas tinggi.

Sumber daya pakan utama pada sistem pemeliharaan ternak tradisional adalah :

  • Hijauan makanan ternak (HMT) asli (padang rumput, pinggir jalan, tanah terlantar, tanah bera, perkebunan)
  • Sisa hasil pertanian (jerami padi, tebon/batang jagung, jerami kacang tanah, dan lain-lain).
  • Tanaman penutup (perkebunan)
  • Dedaunan pohon
  • Hasil-hasil samping pertanian
  • Sisa-sisa penyiangan/penjarangan tanaman

SIFAT-SIFAT HMT YANG PENTING BAGI PRODUKSI TERNAK

Ada beberapa sifat HMT yang bisa mempengaruhi produksi ternak. Adapun sifat-sifat HMT budidaya yang penting bagi produksi ternak adalah :

  1. Daya cerna

Bervariasi menurut :

  • Bagian tanaman (daun > batang)
  • Umur (daun muda > daun tua)
  • Species
  1. Nilai gizi

Bervariasi menurut :

  • Umur (daun muda > daun tua; leguminosa tua > rumput tua)
  • Bagian tanaman (daun > batang)
  • Jenis tanaman (leguminosa > rumput)
  1. Palatabilitas

Bervariasi menurut :

  • Species
  • Bagian tanaman (daun > batang)
  • Umur (daun muda > daun tua)

Makin tua tanaman, kualitasnya untuk pakan umumnya menurun karena :

  • Meningkatnya proporsi batang
  • Menurunnya daya cerna (kandungan serat meningkat)
  • Menurunnya kandungan protein

CARA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TERNAK

Bagi setiap jenis sumberdaya pakan, ada 4 cara sederhana yang dapat meningkatkan produksi ternak :

  1. 1. Pastikan Bahwa Ternak Memperoleh Pakan Secara Kontinyu

Ruminansia tidak mungkin makan tanpa henti, tapi juga perlu waktu untuk “ruminasi” (memamah kembali pakannya untuk membantu pencernaan dalam rumen). Sampai 50% waktu makannya digunakan untuk ruminasi.

Ternak yang merumput pada padangan yang kualitas pakan hijaunya cukup baik, membutuhkan waktu sekitar 8 – 10 jam setiap hari hanya untuk makan dan ruminasi, agar dapat bertumbuh dengan baik. Hal ini jarang terjadi. Ternak tidak diperkenankan untuk merumput sedemikian lamanya, atau kualitas HMTnya rendah. Sering terjadi sumberdaya HMT yang ada terlalu pendek atau jarang sehingga ternak tidak dapat merenggut sepenuh mulutnya setiap kali menggigit, sehingga perlu waktu merumput yang lebih lama.

Oleh karena itu, agar dapat bertumbuh baik, ternak ruminansia memerlukan akses terhadap pakan yang baik kualitasnya, siang malam.

Sapi perah perlu waktu merumput yang lebih lama pada pandangan yang berkualitas rendah daripada yang berkualitas baik

Tipe pandangan Waktu merumput yangdibutuhkan (jam)
Padangan berkualitas baikPadangan berkualitas rendah 9.5 11 – 12

  1. 2. Pastikan Bahwa Ternak Dapat Memilih Pakannya

Ruminansia bersifat selektif dalam memilih pakannya. Bahkan walaupun kualitas sumber daya pakannya rendah, ruminansia mampu memilih komponen-komponen terbaik dari pakan yang “jelek” itu (misal daun), sehingga yang masuk ke perutnya adalah pakan yang berkualitas baik.

Adalah penting untuk memberi kesempatan kepada ternak untuk memilih apa yang dimakannya, juga bila diberi HMT yang diaritkan.

Ternak dapat memilih pakannya yang lebih baik daripada kondisi padangan

Komponen ransum Rata-rata padangan (%) Rata-rata dalam ransum (%)

Daun

Nitrogen

Digestibility

25

1.2

45

9

32.5

65

  1. 3. Jika Masih Ada Pilihan, Jangan Memaksa Ternak Makan Hijauan Berkualitas Rendah

Ruminansia dapat dipaksa makan HMT berkualitas rendah, seperti rumput berserat (misal rumput berbatang besar/banyak), dengan cara mencincangnya. Akan tetapi, ini menyebabkan ternak tidak dapat memilih bagian terbaik HMT, sehingga menurunkan kualitas seluruh ransum. Ini mengakibatkan turunnya konsumsi pakan. Seharusnya hanyalah rumput berkualitas baik yang dicincang.

Mencincang rumput gajah yang tua (misal campuran daun dan batang) memaksa ternak untuk memakan seluruh bagian rumput tersebut, tetapi menurunkan konsumsi hariannya.

Perlakuan % pakan yang disisakan Konsumsi harian (% BK)
Rumput utuh,dipotong

Dicincang sepanjang 10 cm

Dicincang sepanjang 5 cm

30

10 – 15

0

3%

2.5%

2%

  1. 4. Berikan Pakan Yang Lebih Banyak Dan Lebih Baik Bagi Ternak Yang Produktif

Ruminansia yang produktif (seperti yang menyusui atau pedet muda yang sedang tumbuh0 membutuhkan pakan lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik daripada ternak yang tidak produktif. Sebagai contoh, seekor induk yang menyusui harus memakan BK hijauan setara dengan > 4% berat tubuhnya (atau > 20% dari berat tubuhnya bila hijauan segar), dan kualitas HMT tersebut harus tinggi agar produksinya lebih baik.

Produksi susu akan sangat menurun bila kualitas HMT rendah

Tipe HMT Daya cerna (%) Konsumsi(kg BK/hari) Produksi susu (liter/hari)
Rumput yang dipupuk N

Rumput alam

65

50

12.5

10

12 – 142

Sumber pakan berkualitas tinggi yang mudah diperoleh adalah daun leguminosa. Sejumlah kecil daun leguminosa dalam ransum akan dapat menghasilkan peningkatan yang besar bagi produksi ternak. Akan tetapi, supplementasi leguminosa lebih dari 20 – 30% ransum biasanya tidak akan menguntungkan.

Jumlah anak dari domba betina yang diberikan sejumlah kecil daun leguminosa (misal Glyricidia sepium) sebagai tambahan bagi rumput berkualitas rendah akan lebih tinggi daripada yang hanya makan rumput berkualitas rendah

Glyricidia dalam ransum induk (%) Jumlah anak yang hidup (%) Rata-rata berat anak domba (kg)
Saat lahir Umur 15 minggu

0

25

50

33

75

75

1.2

1.9

1.9

5.4

9.9

10.0

SIFAT-SIFAT PENTING HMT UNTUK PENGELOLAAN SUMBERDAYA

  1. A. Rumput Dan Leguminosa Untuk Garis Kontur

Sifat-sifat rumput dan leguminosa untuk garis kontur (sebagai pencegah erosi dan pupuk hijau) adalah :

  1. Sifat-sifat untuk dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi
  • Mampu bertumbuh cepat, dan menutupi tanah dengan batang dan daunnya.
  • Daun-daunnya yang jatuh ke tanah dapat menutupi permukaan tanah.
  • Tahan terhadap pemotongan yang sering (karena tanaman pada garis kontur mungkin perlu dipotong secara teratur agar tidak menaungi tanaman pokok).
  1. Sifat-sifat untuk dapat mengurangi impak terhadap tanaman sekitarnya
  • Potensi menyebar rendah sehingga tidak menyaingi tanaman utama (misal produksi biji rendah dan tidak cepat menyebar dengan stolon, sulur, atau rizoma).
  1. Sifat-sifat untuk dapat meningkatkan produksi ternak
  • Produktif, palatabel, bernilai gizi tinggi, mampu bertumbuh kembali setelah dipotong/digembalai.
  • Mampu menyediakan pakan tambahan pada masa-masa kritis (misal musim kemarau).
  1. B. Leguminosa Pohon Untuk Pagar

Sifat-sifat leguminosa pohon yang dipergunakan bila akan ditanam sebagai pagar (menghasilkan kayu bakar, melindungi tanaman, sebagai pupuk hijau) adalah :

  1. Sifat-sifat untuk perlindungan tanaman dan produksi kayu :
  • Mampu bertahan dalam jangka panjang.
  • Mampu tumbuh kembali setelah dipotong terus menerus (karena pagar perlu dipotong secara teratur untuk mengurangi persaingan dengan tanaman utama).
  • Lebih disukai bila dapat dikembangkan secara vegetatif.
  • Cepat tumbuh.
  1. Sifat-sifat untuk meningkatkan produksi ternak
  • Produktif, portabel, nilai gizi tinggi, mampu tumbuh kembali setelah dipotong/digembalai.
  • Mampu menyediakan pakan tambahan pada saat-saat kritis (terutama musim kemarau).
  1. C. Leguminosa Untuk Tanah Bera

Sifat-sifat leguminosa yang bermanfaat bila ditanam pada tanah bera (memperbaiki kesuburan tanah, menekan gulma, mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan pupuk hijau) adalah :

  1. Sifat-sifat untuk perbaikan kesuburan tanah
  • Kandungan nitrogen daun yang tinggi (hasil fixasi N yang efektif)
  1. Sifat-sifat untuk mengurangi impak terhadap tanaman yang ditanam sesudahnya
  • Mudah ditekan oleh tanaman yang ditanam berikutnya (misal tidak banyak menghasilkan biji atau rizoma)
  • Pengolahan tanah untuk tanaman berikutnya mudah dilaksanakan.
  1. Sifat-sifat untuk dapat menekan gulma
  • Cepat tumbuh dan menyebar, menutupi tanah dan menaungi gulma.
  1. Sifat-sifat untuk dapat meningkatkan produksi ternak
  • Produktif, palatabel, bernilai gizi tinggi, mampu tumbuh kembali setelah dipotong/digembalai.
  1. D. Leguminosa Dalam Pertanaman Campuran Dengan Rumput

Sifat-sifat leguminosa yang penting bagi pertanaman campuran dengan rumput (memperbaiki kesuburan tanah dan menjadi pupuk hijau) adalah :

  1. Sifat-sifat untuk dapat meningkatkan ketegaran (persistency)
  • Mampu bersaing dengan rumput-rumput yang kuat (sistem perakaran yang kuat, tumbuh lebih tinggi dari rumput; leguminosa pohon).
  • Mampu bertahan atau terhindar dari penggembalaan berat (titik-titik tumbuh yang terlindung, palabilitasnya sedang atau bervariasi, leguminosa pohon).
  1. Sifat-sifat untuk dapat memperbaiki kesuburan tanah
  • Kandungan nitrogen daun tinggi (hasil fixasi nitrogen yang efektif)
  1. Sifat-sifat untuk dapat meningkatkan produksi ternak
  • Produktif, palatabel, bernilai gizi tinggi, mampu tumbuh kembali setelah digembalai/dipotong, fixasi N yang efektif.
  1. E. Leguminosa Sebagai Tanaman Penutup Tanah

Sifat-sifat leguminosa yang bermanfaat untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah (menekan gulma, memperbaiki kesuburan tanah, dan sebagai pakan) adalah :

1. Sifat-sifat untuk dapat menekan gulma

  • Cepat tumbuh, mampu menyebar, menutupi tanah dan menaungi gulma.
  • Mampu bertahan walaupun cahaya yang diperoleh berkurang.

2. Sifat-sifat untuk memperbaiki kesuburan tanah

  • Kandungan nitrogen tinggi pada daun (fixasi nitrogen efektif).

3. Sifat-sifat untuk dapat meningkatkan produksi ternak

  • Produktif, palatabel, bernilai gizi tinggi, mampu bertumbuh kembali setelah dipotong/digembalai.
  1. F. Rumput Dan Leguminosa Pohon Untuk Produksi Pakan Hijauan Secara Intensif di Pekarangan

Sifat-sifat yang diperlukan pada rumput dan leguminosa pohon untuk produksi pakan hijauan yang intensif di pekarangan (menjadi pupuk hijau, mengurangi kebutuhan tenaga kerja, dan menghasilkan kayu bakar) adalah :

  1. Sifat-sifat yang cocok bagi pengelolaan yang intensif
  • Mudah dipotong (species yang tinggi, dan species yang daunnya tidak tajam/berduri lebih disukai).
  • Proporsi daun tinggi (dapat diupayakan agar proporsi batang yang tidak dimakan rendah).
  • Mampu menghasilkan pakan tambahan pada waktu tenaga untuk mengurus ternak terbatas (misal hari pasar, musim menanan padi).
  • Mampu bertahan kembali setelah pemotogan terus menerus.
  • Lebih disukai yang dapat dikembangkan secara vegetatif.
  • Mampu memberikan respon terhadap peningkatan kesuburan (HMT potongan seringkali ditanam dekat kampung atau kandang dimana kesuburan akan meningkat).
  1. Sifat-sifat untuk meningkatkan produksi ternak
  • Produktif, palatabel, bernilai gizi tinggi, mampu bertumbuh kembali setelah dipotong/digembalai.

CARA MENGELOLA HMT

  1. A. Pemotongan HMT

Setelah dipotong, ada suatu periode dimana pertumbuhan kembali agak lambat, yaitu ketika tanaman hanya mempunyai beberapa helai daun yang akan mnangkap cahaya dan melakukan fotosintesa. Ini kemudian diikuti dengan suatu periode pertumbuhan yang cepat dan produksi pakan yang berkualitas baik. Dengan bertambahnya umur, proporsi daun menurun, karena tanaman menghasilkan lebih banyak batang. Kualitas pakan menurun dengan cepat. Ini makin terlihat bila rumput mulai menghasilkan biji, yang ditopang oleh tangkai buah yang berserat.

Daya cerna dan kandungan protein kasar menurun, sedangkan kandungan bahan kering dan proporsi batang meningkat. Pada saat tangkai biji mengering menjadi jerami, sel-sel tanaman menjadi berserat, kandungan protein sangat rendah, dan hijauannya tidak dapat dicerna.

Perubahan produksi dan daya cerna menuanya rumput digambarkan melalui percobaan pemotongan pada rumput gajah (Tabel 9). Produksi tertinggi dicapai pada interval pemotongan 9 minggu, tetapi kualitasnya sebagai pakan terendah (sebagian karena banyaknya produksi batang).

Tabel 9. Produksi dan daya cerna rumput gajah yang dipotong

pada umur 3, 6 dan 9 minggu

Frekuensi pemotongan Produksi bahan kering (ton/ha/thn) Protein(%) Daya cerna(%)

3 minggu

6 minggu

9 minggu

10

18

30

20

12

6

65

55

45

Interval pemotongan yang optimum yang digambarkan pada Gambar 10 bervariasi menurut musim. Akan tetapi, interval pemotongan yang umum direkomendasikan adalah sekitar 6 minggu pada musim hujan, dan lebih lama pada musim kemarau.

Kualitas daun leguminosa tidak menurun secepat daun rumput dengan bertambahnya umur. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa leguminosa bermanfaat sebagai sumber suplementasi pakan musim kering.

Gambar 10. Perubahan produksi dan kualitas pakan dengan

bertambahnya umur tanaman

  1. B. Tinggi Pemotongan HMT

Tinggi pemotongan HMT yang umum digunakan terlihat pada Tabel 10.. rekomendasi ini hanyalah merupakan petunjuk umum, dan mungkin perlu disesuaikan untuk masing-masing spesies. Sebagai contoh, rumput gajah dan rumput-rumput yang tinggi lainnya kadang-kadang harus dipotong sampai dekat permukaan tanah untuk merangsang pertumbuhan anakan-anakan baru dari dasar tanaman.

Tabel 10. Rekomendasi tinggi pemotongan untuk berbagai tipe spesies

Tipe HMT Tinggi pemotongan (CM) Contoh
Spesies yang pendek/menjalar

Legumes yang tumbuh tegak

Rumput yang tingginya sedang

Rumput tinggi

Leguminosa pohon

5 – 10

20 – 30

 

 

10 – 20

 

20 – 30

 

50 – 100

Brachiaria humidicola

Arachis pintoi

Stylosanthes guianensis

Desmanthus virgatus

Brachiaria decumbens

Paspalum atratum

Pennisetum purpureum

Gliricidia sepium

  1. C. Sistem Pemberian Pakan Secara Potong – Angkut

Beberapa kelebihan dan kekurangan yang berkaitan dengan sistem potong – angkut tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Kelebihan dan kekurangan sistem potong – angkut

Kelebihan Kekurangan
  • Penggunaan HMT secara efisien
  • Pakan yang terbuang karena terinjak lebih sedikit
  • Energi yang terbuang untuk jalan lebih sedikit
  • HMT dapat ditanam jauh dari kandang
  • Berkurangnya kerusakan tanah akibat injakan
  • Tenaga kerja penggembala ternak lebih sedikit
  • Biaya untuk sumber air minum lebih sedikit
  • Lebih mudah menyediakan peneduh bagi ternak
  • Kontrol terhadap parasit lebih mudah
  • Tersedianya kotoran yang dapat dijual
  • Kesempatan pembuatan biogas
  • Tenaga kerja tambahan untuk memotong
  • Biaya dan tenaga untuk mengangkut
  • Tenaga tambahan untuk membuang kotoran ternak
  • Biaya pembuatan kandang
  • Seleksi pakan oleh pemotong rendah
  • Seleksi HMT oleh ternak berkurang
  • Terangkutnya hara dari tanah/padangan

  1. D. Perlunya Pengelolaan Unsur Hara

Produksi HMT berpotensi mengurus unsur hara dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada tanaman pangan seperti jagung dan padi, karena seluruh bagian tanaman digunakan.

Pada sistem digembalakan, hal ini tidak menjadi masalah karena sebagian besar unsur hara dikembalikan lewat urine dan kotoran. Akan tetapi, pada sistem potong-nagkut, hara ini ikut diangkut ke kandang. Bila hara tersebut tidak dikembalikan ke kebun rumput, kesuburan tanah akan cepat menurun, dan berakibat pada menurunnya produksi HMT. Besarnya pengurasan hara realtif mudah dihitung (Tabel 12).

Tabel 12. Rata-rata pengurasan hara pada sistem potong-angkut, dengan menggunakan rumput gajah

Unsur hara Konsentrasi hara (%) Produksi bahan kering (kg/ha/thn) Hara yang dikuras (kg/ha/thn)
N 1.80 18,000 324
P 0.12 18,000 22
K 0.80 18,000 144

Untuk mengkonversikan jumlah hara yang dikuras menjadi jumlah pupuk, kita harus tahu kadar hara dalam pupuk kimia, yaitu 46% N dalam urea, 50% K dalam KCL (muriate of potash), and 9% P dalam SP (single supersphosphate). Jadi dibutuhkan 704 kg urea, 245 kg SP, dan 288 kg of KCL untuk menggantikan hara yang dikuras pada areal potong-angkut selama setahun.

Jelaslah, bahwa memberikan pupuk kimia untuk menggantikan hara yang dikuras tidaklah praktis bagi petani kecil. Satu-satunya alternatif adalah mengembalikan urine dan kotoran ke areal potong-angkut. Cara yang sederhana untuk melakukan hal ini pada daerah berbukit adalah dengan menanam HMT di sebelah bawah kandang. Cara ini akan memudahkan pengembalian kotoran ke kebun HMT.

Bila hara tidak dikembalikan ke areal potong-angkut, kesuburan tanah akan cepat menurun. Produksi dari spesies rumput yang berproduksi tinggi, seperti Panicum maximum akan menurun, sehingga keadaannya tidak akan lebih baik daripada rumput alam yang ada di sekitarnya (Gambar 11).

Gambar 11. Produksi beberapa spesies rumput pada sistem potong-angkut

CARA-CARA PEMBUDIDAYAAN HMT

Cara pembudidayaan HMT adalah bagimana HMT dapat ditanam dalam suatu sistem usahatani. Salah satu contoh budidaya HMT adalah pagar hidup dengan menggunakan leguminosa pohon.

Cara-cara Pembudidayaan HMT Yang Umum Meliputi :

  1. Petakan HMT potongan yang dikelola secara intensif/bank protein
  2. Leguminosa pohon sebagai pagar hidup
  3. Naman kontur/contour hedgerows
  4. Leguminosa pada tanah bera
  5. Tanaman penutup tanah
  6. Rumput dan leguminosa untuk padang penggembalaan

Petakan HMT Potongan Yang Dikelola Secara Intensif/Bank Protein

Deskripsi
  • Petakan kecil rumput berproduksi tinggi dan leguminosa sebagai bank-bank protein dekat rumah atau kandang, untuk mensuplai HMT potongan bagi ternak yang dikandangkan
Kelebihan
  • Mudah dipotong (spesies yang tumbuh tinggi, dan produksinya juga tinggi)
  • Persediaan pakan yang siap potong ( misal bila tidak sempat mencarikan pakannya)
  • Lebih mudah merawat HMT potongan daripada HMT padangan
  • Mudah digunakan sebagai pakan tambahan waktu malam/night feeding bagi ternak kerja atau ternak yang digembalakan.
Keterbatasan
  • Perlu pengelolaan terhadap penurunan unsur hara tanah (harus mengembalikan kotoran ternaknya ke tanah untuk mempertahankan produksi, terutama bagi rumput-rumput yang tinggi produksinya.
  • Perlu dijaga dari ternak yang berkeliaran/liar
Pertimbangan lainnya
  • Seringkali di tanah yang kesuburannya tinggi. Misalnya, dekat kandang dimana kotoran dikembalikan ke tanah
Tipe HMT
  • Rumput yang sedang atau tinggi
  • Leguminosa pohon
  • Leguminosa yang tumbuh tegak
  • Leguminosa memanjat ditanam campur dengan rumput yang tinggi

Leguminosa Pohon Sebagai Pagar Hidup

Deskripsi
  • Spesies leguminosa pohon yang digunakan sebagai pembatas tanah, melindungi tanaman terhadap hewan liar, dan untuk menyediakan pakan bagi ternak
Kelebihan
  • Pagar yang murah dan permanen
  • Mudah dipotong (spesies yang tinggi tumbuhnya, dan tinggi produksinya)
  • Persediaan pakan yang siap potong (misal untuk suplementasi bagi ternak yang kembali ke kandang di waktu malam, setelah dilepas waktu siang hari)
  • Pakan berkualitas tinggi, yang terus berproduksi di musim kemarau
  • Kayu bakar
  • Mudah digunakan sebagai pakan waktu malam di kandang, bagi ternak yang digembalakan atau ternak kerja
Keterbatasan
  • Pertumbuhan awal lambat
  • Perlu pengelolaan yang cermat selama tahun pertama pertumbuhan untuk meminimalkan efek gulma dan ternak yang berkeliaran/liar
  • Mungkin perlu pengelolaan yang teratur untuk meminimalkan lindungannya bagi tanaman-tanaman yang tumbuh didekatnya
Pertimbangan-pertimbangan lain
  • Spesies seperti Gliricidia sepium, yang berhasil dikembangkan secara vegetatif
Tipe HMT
  • Leguminosa pohon


Leguminosa Untuk Tanah-tanah Bera

Deskripsi
  • Leguminosa yang ditanam pada tanah bera, baik pada areal perladangan berpindah atau pergiliran tanaman
  • Dapat ditanam setelah panen terakhir, atau disisipkan pada tanaman terakhir yang akan dipanen (umumnya setelah pendangiran pertama atau kedua, untuk memanfaatkan kelembaban tanah dan sisa kesuburan
Kelebihan
  • Berpotensi untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui penghancuran daun-daun leguminosa
  • Tidak memerlukan persiapan tambahan bagi penyisipan leguminosa
  • Mencegah erosi
  • Mengatasi gangguan gulma (dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk mendangir) bagi tanaman berikutnya
  • Mengatasi gangguan gulma (dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk mendangir) bagi tanaman yang disisipi
Keterbatasan
  • Bila disisipkan terlalu dini, berpotensi menimbulkan persaingan hara dan lain-lain
  • Perlu melindungi areal tersebut terhadap hewan liar
Tipe HMT
  • Leguminosa yang tumbuh tegak untuk penyisipan pada tanaman yang pendek, seperti padi
  • Leguminosa yang tumbuh tegak dan memanjat, untuk penyisipan pada tanaman-tanaman yang tinggi, misalnya jagung, atau bila ditanam setelah panen berakhir


Tanaman Penutup Tanah

Deskripsi
  • Leguminosa yang ditanam di bawah tanaman perkebunan
  • Leguminosa yang disisipkan pada tanaman pangan
Kelebihan
  • Berpotensi untuk memperbaiki kesuburan tanah (dan pada gilirannya produksi tanaman) melalui penghancuran daun leguminosa
  • Mencegah erosi
  • Mencegah gulma
Keterbatasan
  • Jika disisipkan pada tanaman, berpotensi untuk menurunkan produksi tanaman, karena persaingan dengan leguminosa, bila tidak dikelola dengan baik
Tipe-tipe HMT
  • Leguminosa yang tumbuh tegak untuk penyisipan pada tanaman yang pendek, misalanya padi
  • Leguminosa yang tumbuh tinggi dan memanjat, untuk penyisipan pada tanaman yang tumbuh tinggi, misalnya jagung, atau bila ditanam setelah panen terakhir
  • Leguminosa yang tumbuh tegak, merambat, dan memanjat untuk tanaman perkebunan

Rumput Dan Leguminosa Untuk Penggembalaan

Deskripsi
  • Leguminosa dan rumput yang ditanam bersama atau sendiri-sendiri untuk digembalai ternak
  • Seringkali cocok untuk perkebunan kelapa ug ekstensif
Keuntungan
  • Penyertaan leguminosa sebagai campuran, memperbaiki kesuburan tanah dan kualitas pakan
  • Efektif untuk mencegah gulma pada perkebunan kelapa yang digembalai
Keterbatasan
  • Perlu melindungi areal tersebut terhadap hewan liar
  • Mempertahankan leguminosa pada pertanaman campuran membutuhkan pengelolaan penggembalaan yang cermat
Pertimbangan-pertimbangan lain
  • Pilihan ini hanya mungkin kalau areal tersebut dapat dilindungi terhadap masuknya hewan liar
Tipe HMT
  • Rumput dan leguminosa yang pendek dan sedang tingginya
  • Seringkali spesies yang membentuk stolon

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini.

Tulisan ini merupakan rangkuman dari kuliah dalam pelatihan budidaya HMT untuk petani kecil (Forages for Small Holder Project/FSP) di Samarinda dan hasil uji coba lapang yang dilaksanakan di Desa Makroman dan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Kuliah tersebut disampaikan oleh Dr. Ir. Tatang Ibrahim dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Medan – Sumatera Utara, Ir. Maimunah Tuhulele dari Direktorat Jenderal Peternakan, bagian pengembangan HMT, Ir. H.Ibrahim MP. dari Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur (Pakar HMT Indonesia), dan Dr. Jindra D. Thomson dari FSP Philipina.

Kedua lokasi tersebut di atas merupakan desa binaan untuk pengembangan HMT di Kalimntan Timur dan sering dijadikan sebagai lokasi tempat belajar para peserta pelatihan budidaya HMT.

Kepada beliau berempat dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini, kami ucapkan terima kasih.

Kami berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi perluasan tanaman HMT, bagi penyediaan pakan ternak, serta peningkatan populasi dan produktivitas ternak Ruminansia baik di Balikpapan khususnya dan Kalimantan Timur umumnya.

Balikpapan, 10 Juni 2005

Penulis

Budidaya ikan di Kolam Terpal

Mungkin anda tertarik dengan usaha budidaya ikan, tetapi anda tidak memiliki lahan yang cukup untuk kebutuhan tempat usaha. Kolam Terpal adalah solusinya.

Terpal yang mana yang dimaksud..? Terpal yang kita kenal sehari-hari yang biasa digunakan untuk atap tarub, atau biasa juga digunakan oleh para tukang untuk tempat pelindung, atau penutup material bangunan agar tidak kena hujan. Biasanya terpal itu berwarna biru, coklat dan orange. Ukurannya pun bermacam-macam. Mulai ukuran 2x3m, 3x4m, 3x5m, 4x6m, 6×9, dan 8x12m. Ada yang tebal dan ada yang tipis. Harga tergantung ukuran dan tebal atau tipis. Di Pasar Baru, Balikpapan ukuran 2x3m harganya Rp.25.500,- sedang yang berukuran 3x5m tebal harganya Rp.64.500,-

Cara membuat kolam terpal

Anggaplah anda membeli terpal berukuran 3 x 5 m. Berarti koalam yang akan kita buat berukuran 1,8 x 3,8 m. Dengan asumsi setiap sisi kolam tingginya 60 cm. Urutan kerjanya adalah sebagai berikut ;

1. Buat patok pada sudut bidang yang berukuran 1,8 x 3,8 m

2. Bentangkan tali rapia sampai keliling patok

3. Pasang tongkat setinggi 60 cm setiap 0,5 m dengan mengikuti tali rapia

4. Pasang papan dibagian bawah setiap sisi kolam

5. Pasang reng diatas papan dengan jarak 10 cm (diikat atau dipaku)

6. Setelah papan dan reng dipasang dan telah berbentuk kotak pasang terpal        mengikuti bentuk kolam yang sudah dibentuk dari patok dan papan tadi

7. Kolam Terpal siap diisi air

8. Setelah diisi air kurang lebih3 hari masukkan bibit ikan.

Bersambung…!

Sekilas Tentang Kelompok Tani Kariangau Baru

Kelompok Tani Kariangau Baru (KT Kariangau Baru) berlokasi di RT O8 Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat. Didirikan Tahun 1982 yang dipelopori oleh Harimuddin Rasyid dihadiri juga oleh Suparlan PPL dan diresmikan oleh Walikota Balikpapan Syarifuddin Yoes. Bidang usaha yang dominan Tambak.

Kini KT Kariangau Baru diketuai oleh Muhammad Noor yang pada tahun 8 juni 2009 melakukan penyegaran kepengurusan dan menyetujui Jumirin sebagai Sekretaris. Sejak saat itu Kelompok Tani Kariangau Baru bagaikan mendapat darah segar. Geliat usaha semakin kentara. Komoditas usaha taninya sejak tahun 2008 berubah dari usaha tambak menjadi komoditas Tanaman Pangan, Peternakan dan Perkebunan. Jumlah anggota kelompok saat ini 23 orang, total lahan yang dimiliki anggota 37,5 ha. Sekarang komoditas yang ditanam adalah Cempedak, durian, lai, Sukun, petai, rambutan, pisang, ubi kayu (sebagai tanaman yang sudah lama ada) ditambah tanaman baru mulai tahun 2009 adalah kelapa sawit, jagung dan durian. Ternak yang ada kerbau dan ayam buras (sejak awal), kambing dan sapi, lebah madu.

Rencana kerja kelompok tahun 2010, komoditas yang dikembangkan adalah  jagung, pisang, durian, sapi potong termasuk hijauan makanan ternak (HMT). Kegiatan meliputi Rehabilitasi Pondok Pertemuan, pemanfaatan air permukaan (sungai). Semoga sukses.

Selamat datang di balikpapanagrispace

Membahas tentang:
1.Potensi pertanian di Kalimantan Timur khususnya di Balikpapan
2.Penerapan teknologi pertanian
3.Teknis budidaya pertanian
4.Informasi pasar komoditas pertanian
5.Serba – serbi